Blogroll

Kamis, 31 Desember 2015

Fenomena Pergantian Tahun


Akhirnya semua akan tiba pada suatu hari yang biasa
Pada suatu ketika yang telah lama kita ketahui.. .

Mengutip satu bait dari puisi atau lirik fenomenal yang menjadi salah satu soundtrack pada film GIe, mengingatkan saya bahwa hari ini adalah tepat hari terakhir pada tahun ini (gak ngambung padahal ya). Yap, momen akhir tahun adalah hal yang selalu dinantiakan setiap orang untuk menghabiskan waktunya bersama keluarga, berlibur, melakukan perjalanan, atau bahkan ada yang masih berkutat di meja kerja dan depan komputer seperti saya sekarang ini. Dimana penghujung tahun menjadi momentum untuk merekap ulang wish list yang dibuat di awal tahun, menandai mana target dan tujuan yang sudah tercapai dan mulai membuat target lagi untuk tahun selanjutnya, yang biasa kita bilang sebagai resolusi. Selalu seperti itu, isn"t right?

Banyak doa dan harapan yang serta merta mengiringi momen pergantian tahun ini. Begitu pula dengan berbagai macam selebrasi yang dilakukan semua orang diseluruh penjuru dunia. Walaupun sebetulnya apa yang harus dirayakan dari sebuah hari pergantian tahun? Perayaan yang cukup fenomenal di seluruh dunia ini adalah perayaan dalam menyambut malam pergantian tahun. Meniup terompet, menyalakan kembang api, memainkan berbagai jenis musik, makan bersama sambil diiringi tawa dan canda. Ya, saya pun sempat melakukannya beberpa kali. Bersama teman ataupun keluarga. Namun yang harus diingat, momentum seperti ini adalah hal yang ditunggu bukan hanya sekedar untuk menyambut malam pergantian tahun saja, namun lebih kepada kebersamaan bersama sahabat dan keluarga. 

Hari ini, hari terakhir di tahun ini, adalah hari dimana saya ingin merangkum segala apa yang telah terjadi dan saya alami setahun  ke belakang. Kalau boleh jujur, saya adalah orang yang tidak pernah membuat target dan tujuan di setiap tahun ahahaha. Saya tidak pernah mempunyai resolusi yang benar-benar ingin saya raih selain menyelesaikan kuliah saya. Saya hanya menjalani apa yang sekiranya terjadi pada diri saya, tanpa membuat suatu harapan dan keinginan yang terlalu spesifik. Tapi, di tahun ini, banyak sekali hal yang terjadi dalam hidup saya.

Diawal tahun ini, saya resmi menjadi seorang istri. Mempunyai peran yang multi sebagai seorang mahasiswa yang gak pernah masuk kuliah, sebagai karyawan yang  tidak bisa dibilang teladan hingga akhirnya saya mempunyai peranan sebagai seorang istri dari seorang lelaki yang luar biasa. 

Dua bulan setelah menikah saya pun mengalami keguguran. Hal yang membuat saya merasa amat bersalah dan terpuruk. Kenapa harus diambil? Tapi, seiring berjalannya waktu saya pun sadar. Bahwa apapun yang diberi oleh-Nya akan pula kembali pada-Nya. 

Menjalani hari-hari sebagai seorang istri, pegawai dan tentunya mahasiswa pada akhir pekan membuat saya sungguh menikmati hidup saya ini. Selama hampir setahun hidup berdua diatap yang sama bersama seorang lelaki yang menurut saya sulit untuk digambarkan hahahha. Dan mungkin tahun depan kami tidak hanya hidup berdua, akan ada malaikat kecil yang melengkapi hidup kami. Ya, terima kasih untuk semua yang telah mendoakan kami, mendoakan saya khususnya. Allah maha baik, dipenghujung akhir tahun ini alhamdulillah kandungan saya tepat 3 bulan. Benar sekali, ketika Allah mengambil sesuatu dari kita, Dia akan menggantikannya dengan yang lebih baik. Ketika kita ikhlas menerima apa yang terjadi pada kita, Allah akan gantikan semua kesedihan kita dengan kebahagiaan. Ketika Allah mengambil sesuatu dari kita, Dia akan menggantikannya dengan dua. Satu untuk mengganti yang telah diambil, dan satu lagi sebagai buah kesabaran kita. Tapi ternyata bayi saya hanya satu eheheheheheh (ngarep banget punya baby kembar).

Mohon doa kepada semuanya. Semoga dilancarkan segala sesuatunya hingga persalinan nanti aamiin
Semoga kita menjadi sosok yang lebih baik lagi yaa.. .

Salam :)

Rabu, 02 September 2015

Positive Thinking




Beberapa waktu yang lalu, ketika saya selesai shalat maghrib dan Aa pulang dari masjid, kami sedikit berbincang-bincang. Entah membicarakan apa saya lupa tepatnya, namun perbincangan kami tiba pada obrolan ini, "yang, aa punya beberapa peranyaan, jawab ya" ucap Aa kepada saya. Saya langsung keheranan ketia dia berkata seperti itu, karena pada saat itu dia sambil memegangi handphone nya. Saya penasaran dengan ucapannya sehinga meminta dia untuk segera bertanya kepada saya.

"pertanyaan pertama, sesungguhnya Allah itu menciptakan tertawa dan?"
"menangis", jawab saya.
"kedua, Allah itu maha mematikan dan?"
"menghidupkan"
"oke, pertanyaan ketiga, Allah itu menciptakan laki-laki dan?"
"perempuan"
"pertanyaan terakhir, sesungguhnya Allah memberikan kekayaan dan?"
"kemiskinan", jawab saya cepat.

Mendengar jawaban terakhir saya Aa sedikit tersenyum nyinyir lalu kemudian mengambil kembali handphone nya. Seolah akan membacakan sesuatu yang berada dilayar HP, dia menatap saya dan berkata, "jawaban nomer satu sampai tiga itu betul semua. nah jawaban nomer empat yang keliru. nih aa bacain ya,
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Coba sobat isi titik-titik di bawah ini sesuai hati nurani.

1. Allah menciptakan TERTAWA dan ...
2. Allah itu MEMATIKAN dan ...
3. Allah menciptakan LAKI-LAKI dan ...
4. Allah memberikan KEKAYAAN dan ......

Mayoritas sobat mungkin menjawab:

1. MENANGIS
2. MENGHIDUPKAN
3. PEREMPUAN
4. KEMISKINAN

Benar tidak ???

Untuk mengetahui apakah jawaban sobat di atas itu benar atau tidak, coba sobat cocokkan jawaban tersebut dengan rangkaian firman Allah SWT dalam surat An-Najm (53), ayat: 43-45, dan 48, sebagai berikut.

وَأَنَّهُ هُوَ أَضْحَكَ وَأَبْكَى

"dan Dia-lah yang menjadikan orang TERTAWA dan MENANGIS." (QS. 53:43).

وَأَنَّهُ هُوَ أَمَاتَ وَأَحْيَا

"dan Dia-lah yang MEMATIKAN dan MENGHIDUPKAN." (QS. 53:44).

وَأَنَّهُ خَلَقَ الزَّوْجَيْنِ الذَّكَرَ وَالْأُنثَى

"dan Dia-lah yang menciptakan berpasang-pasangan LAKI-LAKI dan PEREMPUAN." (QS. 53:45).

وَأَنَّهُ هُوَ أَغْنَى وَأَقْنَى

"dan Dia-lah yang memberikan KEKAYAAN dan KECUKUPAN." (QS. 53:48).

Ternyata jawaban sobat umumnya BENAR hanya pada no. 1-3.
Tapi,
Jawaban sobat untuk no. 4 masih KELIRU.

Jawaban Allah Ta'ala dalam Al-Qur'an bukan KEMISKINAN, tapi KECUKUPAN.

Subhanallah..

Sesungguhnya Allah Ta'ala hanya memberi KEKAYAAN dan KECUKUPAN kepada hamba-Nya.

Dan ternyata yang "menciptakan" KEMISKINAN adalah diri kita sendiri. Hal ini bisa karena ketidakadilan ekonomi, kemalasan, bisa juga karena kemiskinan itu kita bentuk di dalam pola pikir kita sendiri. Itulah hakikatnya, mengapa orang-orang yang senantiasa bersyukur; walaupun hidup pas-pasan ia akan tetap tersenyum dan merasa cukup, bukan merasa miskin dan selalu mengeluh kekurangan.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Mendengar penjelasan seperti itu saya jadi malu sendiri, ,ketika adzan isya berkumandang dan Aa segera bergegas ke masjid, saya langsung membuka Al-Quran terjemahan dan membuka ke-empat ayat tersebut. Subhanallah, selama ini memang kita yang keliru. Bahwa sesungguhnya Allah tidak pernah sama sekali memberikan kemiskinan kepada umatnya, tapi Dia memberikan kecukupan. Kalaupun selama ini masih merasa kekurangan dan merasa tidak berkecukupan, mungkin ada yang salah dengan pola hidup. Bukan, bukan pola hidup, tapi mungkin gaya hidup.

Karena pada hakikatnya, Allah itu adalah sesuai prasangka hamba-Nya, sesuai dengan hadist berikut


أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِى بِى

“Aku (Allah) sesuai dengan persangkaan hamba pada-Ku.” (Muttafaqun ‘alaih).


Baca selengkapnya di: http://media-islam.or.id/2014/12/01/allah-sesuai-dengan-prasangka-hambanya/

لاَ يَمُوتَنَّ أَحَدُكُمْ إِلاَّ وَهُوَ يُحْسِنُ بِاللَّهِ الظَّنَّ

“Janganlah salah seorang di antara kalian mati melainkan ia harus berhusnu zhon pada Allah” (HR. Muslim no. 2877).

Maha Benar Allah dengan segala firman-Nya

Rabu, 01 Juli 2015

sekilas cerita tentang seorang perempuan multitasking :)




Assalamu'alaykum.. .
Marhaban Yaa Ramadhan.. ..
Selamat menjalankan ibadah puasa untuk teman-teman sekalian.

Memasuki hari sepuluh ke-dua pada Bulan Suci ini baru sempet nulis lagi. Disibukkan dengan berbagai macam kegiatan yang lumayan menyita waktu dan pikiran membuat saya mengabaikan blog ini. Dan baru sekarang sempat corat-coret lagi.

Kegiatan dikampus dan pekerjaan saya benar-benar menyita waktu. Saya hampir tidak punya waktu untuk sekedar "me time". Satu minggu yang lalu saya baru saja menyelesaikan progran Kuliah Kerja Nyata Mandiri (KKNM) dari kampus saya. Membuat saya harus pergi bolak-balik Tangerang-Bandung setiap weekend. Alhamdulillah saya bisa menjalani dan melewatinya, walaupun agak sedikit keteteran juga sih. Dan beberapa hari yang lalu saya baru saja selesai Ujian Akhir untuk smester 6 ini. Sekarang yang akan saya hadapi adalah Praktek mengajar, berhubung saya kuliah mengambil jurusan keguruan pada smester  ini kami akan melakukan praktek mengajar di sekolah menengah. (Padahal gak pernah kepikiran buat jadi guru, aku kan galak :'>). Belum lagi Seminar dan Sidang Proposal untuk menyusun Skripsi, tahun terakhir perkuliahan ini akan banyak menyita waktu dan tentu saja menguras dompet.

Sedikit cerita tentang perkuliahan saya, mengapa saya megambil keguruan, mengapa saya harus pulang pergi Tangerang-Bandung utnuk mengikuti perkuliahan, juga mengapa saya tidak mengambil kuliah di Tangerang.

Tepatnya pada tahun 2010, ketika saya mulai bergabung dengan perusahaan tempat saya bekerja sekarang, ketika belum lulus dari sekolah menengah dan saya harus merantau di kota orang. Sharing dengan teman untuk melanjutkan jenjang pendidikan ke perguruan tinggi, dan akhirnya memutuskan untuk mengambil perkuliahan dengan jadwal kelas karyawan di Bandung. Dan kenapa juga saya mengambil jurusan keguruan? Teman saya bilang kalau jadi guru itu waktu luangnya banyak, kamu gak mungkin kerja disini terus. Nanti kalau kamu jadi guru kamu akan punya banyak waktu untuk mengurus suami dan anak jika kamu sudah menikah nanti. begitulah kira-kira yang disampaikan teman saya. Hingga akhirnya setelah mempertimbangkan semuanya saya terdaftar sebagai salah satu mahasiswa kelas karyawan di salah satu Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan di bandung, tempat tinggal saya. Dan kenapa pula harus mengambil kuliah di Bandung sementara saya bekerja di Tangerang? Alasan pertama adalah agar saya bisa sering pulang ke rumah, dan yang kedua adalah saya tidak mau lama-lama tinggal dan bekerja di Kota ini.

Berpuluh lamaran saya sebar pada perusahaan-perusahaan yang ada di Bandung. Mengikuti tes dan wawancara pun saya lakukan. namun hasilnya masih nihil. Belum ada satu perusahaanpun yang menerima saya sebagai pegawai. Akhirnya saya masih harus stay disini, di Tangerang. Dengan alasan kalau saya harus resign nanti bagaimana saya harus membayar biaya kuliah dan kebutuhan sehari-hari saya. Saya sudah malu untuk meminta dan mengandalkan orang tua.

Akhirnya saya menjalani kuliah sambil kerja di 2kota berbeda.Ketika Senin-Sabtu saya harus menjadi karyawan di Tangerang, Pada hari minggu saya harus pulang ke Bandung untuk menunaikan kewajiban saya sebagai seorang mahasiswa. Sebenarnya jadwal kuliah saya itu Jumat, Sabtu dan Minggu. namun selama ini saya mensiasati jadwal kuliah edngan kerja bergantian. maksudnya, kalau saya harus masuk kuliah terpaksa saya harus izin bekerja. begitupun sebaliknya, ketika saya tidak bisa izin bekerja terpaksa saya harus bolos kuliah. Begitulah selama 3 tahun ini, hingga IPK saya tidak bisa melebihi 3 karena absen saya bolong-bolong. mahasiswa macam apa? Tapi memang begitu , harus ada yang dikorbankan ketika saya masih ingin melakukan keduanya. Saya tidak bisa serakah dengan menginginkan nilai kuliah yang bagus tanpa harus banyak izin bekerja, itu tidak akan mungkin bisa. But, i enjoyed it.

Hingga pada akhirnya  sampai sekarang saya sudah melewati ramadhan ke-6 saya di Kota ini. melewati perkuliahan saya hingga tahun ke tiga smester-7. Juga pada akhirnya sampai saya menikah saya dan suami tinggal bersama disini, di Kota ini, dan saya masih bekerja di persusahaan yang sama.

Yapppp, dan sekarang saya mempunyai 3 status. Sebagai karyawan, sebagai mahasiswa dan juga seorang istri. What amazing huh? perempuan emang multitasking kan? hehe (ternyata bukan smartphone aja yang bisa multitasking, perempuan apalagi)
Alhamdulillah saya bisa melakukan ketiganya. Menyelesaikan pekerjaan, mengerjakan tugas kuliah, dan mengurus suami adalah aktivitas saya sekarang. Ketika dirumah saya menjadi ibu rumah tangga, mengurus segala kebutuhan suami. Dari mulai menyiapkan pakaian sampai hidangan makanan. namun ketika di kantor saya adalah seorang karyawan, yang kadang suka menelantarkan pendingan pekerjaan demi pulang cepat kerumah karena suami sudah menunggu (maaf). Dan ketika akhir pekan menjelang dengan berat hati saya harus meninggalkan suami mengurus keperluannya sendiri karena saya harus pulang ke bandung untuk kuliah.

 Kok gak keluar kerja aja sih? Hmmm, sempet kepikiran tapi kayaknya sekarang belum waktunya. Suatu hari nanti ketika benar-benar dirumahkan (jadi ibu rumah tangga seutuhnya) pasti bakalan ngerasa kangen sama kesibukkan seperti ini. Jadi, sekarang sih masih nikmatin aja. Walaupun kadang-kadang masih suka ngeluh. Ya wanitawi lah yaa..

Dari sini saya menyadari satu hal. Bahwa segalanya telah ada yang mengatur. Saya mempunyai rencana, saya juga sudah berusaha, tapi tentulah Allah sebaik-baiknya pembuat rencana untuk kita. Sebesar apapun usaha saya untuk meninggalkan kota ini, untuk mencari rezeki di kampung halaman, dekat dengan keluarga, namun tetap pada akhirnya Allah memberikan saya rezeki masih dari tempat ini. maka, nikmat Tuhan-mu yang manakah yang kamu dustakan?

Terlebih saya sangat menikmati peran saya sekarang ini. Bukan hal yang mudah memang, tapi bukan halangan juga untuk berusaha melakukan yang terbaik untuk masing-masing peran. Alhamdulillah, suamipun tidak banyak menuntut ini itu, bahkan mendukung semua kegiatan yang saya lakukan. Walau kadang terpikir untuk menyuruh saya berhenti bekerja, tapi dia selalu bilang "yaudah gak apa-apa kalau mau kerja, lagian dirumah juga gak ada kegiatan kan", kakang bilang gitu. Juga sekarang-sekarang sedang buming sekali pembicaraan antara Working Mom Vs Fulltime Mom, atau Working Wife Vs Fulltime Wife, semuanya tergantung yang menjalani, semua ada porsinya kok.
Yaappp, semangat buat para perempuan-perempuan multitasking :)


Selasa, 14 April 2015

tentang takdir.. .




yang kita tahu, mereka belum menikah sehingga kita merasa berhak bertanya mengapa mereka belum menikah.. .
yang kita tidak tahu, mereka sedang memperjuangkan sesuatu.
yang kita lupa, jodoh adalah misteri yang ditulis sendiri oleh Tuhan.

yang kita tahu, mereka belum dikaruniai anak sehingga kita merasa berhak bertanya mengapa merekabelum memiliki keturunan.. .
yang kita tidak tahu, mereka sedang memperjuangkan sesuatu.
yang kita lupa, rezeki berupa anak adalah pemberian Tuhan, jika Tuhan belum berkehendak maka sekuat apapun manusia berusaha, jika memang belum waktunya, ya belum waktunya.

Satu hal pasti menjadi dewasa adalah, manusia cenderung menyimpan masalah sendiri, manusia akan cenderung menutup emosi mereka dengan khalayak. Manusia akan cenderung menampakkan hal yang baik-baik saja. Itulah perubahan, apabila ketika bayi manusia bebas menangis depan umum, semakin tua hal tersebut menjadi tidak mungkinterjadi bukan? Semakin tua, manusia akan semakin menutupi apa yang cenderung membuatnya sedih dan menampakkan kondisi baik-baik saja. Seharusnya ini cukup menjadi bekal untuk berhenti bertanya mengenai takdir Tuhan.

Apa yang bisa disimpulkan? Kita tidak tau kondisi yang sedang dialami lawan bicarakita.. . hingga kita sampai pada fase tersebut. Banyak orang berdalih bahwa pertanyaan-pertanyaan tersebut ya anggap saja doa. Tapi banyak pula yang lupa bahwa doa yang paling tulus adalah mendoakan diam-diam.

Banyak celetukan-celetukan yang tanpa sengaja akan menjadi beban pikiran bagi yang mendengar. Seperti,
"kapan nikah?"
"udah isi belum?"
atau bahkan, "kapan lulus?"
Pertanyaan seperti itu kadang hanya ditanggapi dengan "doain aja", padahal didalam hati itu akan menjadi pikiran yang serius. Kita tidak pernah tahu bagaimana perjuangan mereka untuk menyegerakan hal tersebut. Menikah, memiliki momongan, bahkan untuk lulus kuliah itu adalah sesuatu yang memang benar-banar diperjuangkan. Siapa yang mau menikah pada usia lanjut? Atau  belum juga memiliki momongan selepas menikah?  juga siapa yang ingin menunda-nunda kelulusan? there's no body who's wanna that. Tidak ada yang ingin menunda-nunda jika memang lebih baik disegerakan, karena sesuatu yang baik itu memang harunya disegerakan,. Tetapi kita juga tidak bisa menyalahi tahdir Tuhan yang telah mengatur segalanya.

"Tidak ada yang dapat menolak TAKDIR kecuali DIA" (HR.Ahmad, at-Tirmidzi dan Ibnu Majah)


Jumat, 10 April 2015

something trivial.. .


 1. Suami istri, hendaknya saling menumbuhkan suasana mawaddah dan rahmah. (Ar-Rum: 21)
 2. Hendaknya saling mempercayai dan memahami sifat masing-masing pasangannya.
 (An-Nisa’: 19 -  Al-Hujuraat: 10)
 3. Hendaknya menghiasi dengan pergaulan yang harmonis. (An-Nisa’: 19)
4. Hendaknya saling menasehati dalam kebaikan. (Muttafaqun Alaih)
  

Dalam sebuah pernikahan, idealnya kita dapat menerapkan ke-empat point diatas. Namun, tidak sedikit juga yang masih kesulitan dalam menjalani semua point itu. Termasuk dengan saya bersama suami, point nomer 2 masih sulit untuk kami aplikasikan. 

Pernikahan kami baru seujung kuku, belum ada apa-apanya. Baru hendak memasuki usia 3 bulan. Tapi tak dipungkiri bahwa untuk mempercayai dan memahami sifat masing-masing kami masih mengalami kesulitan. Mungkin tingkat ego yang masih sama-sama tinggi. Mengingat usia saya dan suami juga setara, hanya berbeda beberapa bulan saja. 

Sebelum menikah, saya sempat ragu untuk mengambil keputusan ini. Bukan ragu terhadap calon suami, tetapi ragu untuk diri saya sendiri. Mengingat saya adalah tipikal perempuan yang susah diatur, bebal, keras kepala dan masih banyak sikap dan sifat kurang baik lainnya. Saya ragu bahwa saya nanti akan masih membawa sifat buruk saya itu didalam pernikahan.  Ditambah dengan hubungan pertemanan saya dengan banyak laki-laki. Secara sekolah di STM dan kebanyak teman adalah lelaki, juga teman-teman ekskul yang sudah dianggap sebagai saudara sendiri membuat saya terkadang kehilangan kontrol dalam bersikap. 

Menjelang 3 bulan pernikahan, saya banyak sekali belajar. Saya beruntung diperistri oleh lelaki yang begitu mencintai dan menyayangi saya tanpa alasan apapun. Saya banyak belajar darinya, semua tentang kebaikan. Namun masih ada yang belum bisa saya terima dari diri suami saya, tentang apabila dia marah dia selalu mendiamkan saya. Saya tidak suka caranya yang seperti itu. Saya belum bisa dan belum biasa dengan perlakuan seperti yang dilakukan dia terhadap saya ketika sedang marah. Saya tau, ada hal-hal yang saya lakukan sehingga dia bersikap begitu. Sampai pada beberapa hari yang lalu kami bertengkar. Tentu, pada mulanya dia hanya mendiamkan saya. Saya yang pada dasarnya terlalu apatis dan tidak selalu menyadari apa kesalahan yang diperbuat berbalik marah padanya. Saya masih belum terima kalau kejadian seperti ini akan sering berulang. Belakangan saya tahu, bahwa ini adalah cara  ang tepat yang dia lakukan untuk meluapkan kekesalan. Bahwa diam adalah cara lebih baik dibandingkan harus marah dan berkata kasar.

Saya selalu berusaha untuk menjadi istri yang baik. Mencoba bangun lebih awal dari sang suami yang masih pulas dalam tidurnya. Menyiapkan sarapan pagi, makan siang juga makan malam. Berusaha untuk tidak membiarkan cucian menumpuk dan membersihkan rumah pada pagi atau sore hari. Membuatkan masakan kesukaan suami, juga mencoba membuat masakan-masakan yang sebelumnya saya tidak bisa. Tapi ada yang saya lupa, bahwa menjadi seorang istri bukan hanya untuk memasak, mencuci atau membersihkan rumah saja. Lebih dari itu, istri yang baik adalah yang bisa menjaga amanah suaminya. 

Hal sepele, namun jika didiamkan akan menjadi masalah besar. Begitulah yang sering dikatakan oleh kakang, suami saya. Beberapa hari yang lalu saya kedapatan berbincang dengan seorang teman lelaki melalui pesan singkat. Hanya percakapan sederhana dan tidak bermaksud apapun. Teman yang sudah saya anggap sebagai saudara sendiri, teman yang saya pikir tidak akan menjadi soal ketika saya berbincang dengannya meski hanya melalu pesan singkat. Dan ternyata saya salah, akan berbeda ketika kita sudah menjadi istri seseorang. Banyak yang harus dibatasi meskipun hanya sekedar pesan singkat. "Kalau cuman yang dipikirin masak, nyuci, beresin rumah, aa juga bisa, gak perlu ngandelin istri, tugas istri bukan hanya sekedar itu,  tapi soal ini",  Kakang menunjuk dadanya. Jleb, kalimatnya membuat saya merenung. "ada perasaan yang harus dijaga, meskiipun cuman ngobrol biasa. aa sayang, makanya aa marah, aa gak mau nantinya ada timbul fitnah" Masya allah, saya bahkan belum berfikir sampai sejauh itu. Aa maaf, Allah maaf untuk kekhilafan ini.

Banyak hal-hal yang mungkin disepelekan, tapi akan berdampak buruk  jika terus dibiarkan. Dari kejadian ini saya menyadari beberapa hal. Bahwa ternyata diamnya seseorang yang sedang marah itu bukan hanya sekedar mendiamkan. Tapi lebih kepada menjaga agar tidak usahlah memulai pertengkaran, membentak bahkan sampai mengeluarkan kata kasar. Nanti jika suasana mulai dingin, semua akan bisa dibicarakan. Juga, tentang amanah yang diberikan suami untuk menjaga. Menjaga harga diri, menjaga aurat serta kemaluan, menjaga kehormatan dan yang pasti adalah menjaga hati pasangan.

Semoga tulisan ini bisa menjadi bahan pelajaran untuk yang belum, yang akan, dan yang sudah menjalani pernikahan. Semoga kita senantiasa selalu dilindungi dari sifat dan sikap tercela. Semoga senantiasa kita dijauhkan dari segala fitnah di dunia juga di akhirat. Menjadi pribadi yang dari ke hari semakin dan semakin lebih baik. 


Hamasah!!!!!! Innallaha ma'ana :)




Sabtu, 28 Maret 2015

My Little Angel





Hal yang dinantikan setelah menikah tentu saja adalah mempunyai keturunan. Setiap perempuan, akan merasa menjadi wanita seutuhnya ketika mereka telah melahirkan seorang bayi dan menjadi Ibu. Begitu juga dengan saya. Setelah menikah, saya dan suami sepakat untuk tidak menunda mempunyai momongan. Biarlah kami pasrahkan semuanya kepada yang Maha Pemberi. Bila secepatnya dikasih, kami sangat bersyukur sekali. Dan jika belum, mungkin memang belum waktunya.

Memasuki bulan kedua pernikahan, Kakang sempet nanya sehabis melihat kalender, "Belum dapet lagi ya?". Saya jawab belum. Setelah menikah, Kakang yang rajin melihat kalendar untuk menghitung jadwal menstruasi saya. "Periksa yuk", ajaknya kepada saya. Tetapi saya menolak, terlalu dini untuk memeriksakan diri hanya sekedar untuk mengetahui apakah saya terlambat datang bulan karena hamil. Saya meminta untuk menunggu sampai minggu depan.

Hari Sabtu, tanggal 21 Maret 2015
Ketika Kakang belum pulang karena shift malam,  pagi-pagi sekali saya sudah merencanakan untuk  mengecek air kencing pertama saya dengan testpack. Dengan tangan sedikit gemetar dan perasaan yang campur aduk, garis dua muncul pada strip testpack yang saya pegang. Alhamdulillah, terima kasih Allah.

Sekitar pukul 10 pagi kakang sampai dirumah kontrakan kami. Sedikit berbincang sebentar lalu saya tersenyum sambil berbisik "aku tadi pagi udah testpack, hasilnya garis dua", saya melihat senyum bahagia diwajahnya. Senyum yang hampir belum pernah saya lihat sebelumnya. Ya, tentu saja dia sangat bahagia mengetahui ini. Tak henti dia mencium dan mengelus perut saya sembari berkata "Aa seneng banget".

Minggu, 22 Maret 2015
Sore hari kami pergi ke dokter kandungan untuk memeriksakan kandungan saya. Alhamdulillah ternyata sudah memasuki minggu ke 5. Dokter hanya memberikan saya vitamin karena tidak ada keluhan-keluhan yang berarti dari diri saya.

Seperti biasa, saya berangkat bekerja, memasak, menyiapkan keperluan suami. Hanya saja sekarang kami membagi dua pekerjaan rumah, seperti mencuci pakaian dan mencuci piring menjadi tugas suami sekarang. Katanya saya jangan terlalu capek.

Saya bersyukur selama memasuki kehamilan 5 minggu ini tidak banyak yang saya keluhkan. Seperti mual, muntah, ataupun tidak mau makan. Semuanya saya rasa masih normal. Saya masih mau makan nasi. Kalau pagi saya tidak pernah mual dan muntah. Dan saya rasa itu wajar, katena menurut artikel yang saya baca tingkat hormon setiap perempuan itu berbeda, dan kondisi hamilnya pun akan berbeda, tidak akan ada yang sama, itu uniknya perempuan hamil.Namun beberapa hari saya mengeluhkan kalau perut saya sering keram. Sakit seperti akan datang bulan.

Rabu 25 Maret 2015
Hari itu saya tidak masuk kerja, kepala saya sakit sehingga saya memutuskan untuk beristirahat dirumah. Saat itu kakang masuk shif siang. Sekitar pukul 11 siang saya ke kamar mandi untuk buang air kecil, betapa kagetnya saya ketika terdapat bercak darah pada urin saya. Saya berteriak memanggil kakang, dan dia meminta saya untuk tetap tenang. Saya sempat tidur siang setelah itu, namun pada saat saya buang air kecil lagi, bercak darah itu muncul lagi sehingga membuat saya panik. Saya meminta Kakang untuk tidak masuk kerja dan menemani saya dirumah. Malam hari kami pergi ke Rumah Sakit untuk memeriksakan kandungan saya.

Dokter bilang, seharusnya tidak ada keluar darah ketika hamil muda. Ini ada ancaman keguguran sehingga beliau memberikan kami resep obat penguat kandungan. Setibanya dirumah, saya langsung menangis sejadinya. Saya begitu takut terjadi sesuatu dengan calon buah hati kami. Kakang berusaha menenangkan namun tangis saya malah semakin menjadi hingga akhirnya saya tertidur.

Kamis, 26 Maret 2015
Saya masih belum masuk bekerja. Dokter memberi saya waktu untuk istirahat 3 hari dan hanya istirahat dirumah, bedrrest. Saya hanya berbaring di tempat tidur sementara kakang menyiapkan segalanya. Mulai dari sarapan, minum obat sampai memasak.
Kala itu saya sempat berdoa, "Allah, berikan yang terbaik untuk kami. Selamatkan janin yang ada dirahimku bila kelak ia akan tumbuh dengan baik. Bila tidak, silahkan diambil kembali. Engkau yang memberi, padaMu juga dia kembali". Saat itu saya merasakan sakit sekali di perut saya, keram yang melebihi saat menstruasi. Kemudian saya ke kamar mandi untuk buang air kecil,  Betapa kagetnya saya ketika keluar gumpalan-gumpalan darah seperti hati. Allah :(

Saya pasrah, saya marah, menangis, terlebih kecewa terhadap diri saya sendiri karena merasa gagal menjaga si calon buah hati.  Sore hari saya sudah mulai tenang. Kami bergegas menuju Rumah Sakit untuk memeriksakan kembali, memastikan bahwa si jabang bayi masih ada atau tidak. "Apapun hasilnya nanti, terimain ya, ikhlas, ini yang terbaik. Aa tau kamu kuat" ucap Kakang pada saya. Saya hanya mengangguk.
Saya sudah cukup tenang saat memasuki ruangan Dokter. Ketika di USG, jabang bayi sudah tidak terlihat. Dokter menyarankan untuk saya tespek ulang. Dan ternyata hasilnya negatif.

Banyak hal saya dapatkan dengan kejadian ini. Dibalik perasaan kehilangan yang amat mendalam, saya belajar tentang keikhlasan. Ini yang terbaik yang Allah berikan kepada kami. Toh tidak ada yang terjadi secara kebetulan, semua berjalan sesuai alurNya.

dear my beloved baby.. .
Hai sayang, dd lagi apa sekarang? pasti sekarang udah ada di tempat terindah. Segala kebutuhan dd pasti terpenuhi disana. Bunda seneng banget waktu tau dd ada diperut Bunda selama 5minggu. Bunda selalu berdoa biar dd sehat, karena kita bakalan berjuang 8bulan kedepan. Tapi Allah lebih sayang sama dd. Allah ambil lagi dd dari perut bunda.  Ayah sama Bunda ikhlas nak, semuanya buat kebaikan kita. Dd yang baik disana ya, jangan buat Allah dan malaikat kesel. Dd nanti jemput bunda sama ayah ya kesana kalau udah waktunya. Ayah sama bunda sayang banget sama dd :*

Senin, 02 Februari 2015

And now our story begin.. .

sebelas januari bertemumenjalani kisah cinta ininaluri berkata engkaulah milikku0

Yap, tanggal sebelas januari 2015 adalah hari yang sangat bersejarah bagi saya. Dimana seorang laki-laki pilihan telah mengucapkan Ijabnya, dimana pada hari itu saya dan dia dipersatukan dalam ikatan suci pernikahan. 
Terhitung dari tulisan ini dibuat, berarti sudah 23 hari saya menjadi seorang istri. Seorang istri dari laki-laki yang ternyata sudah saya kenal selama lebih dari 10 tahun. Siapa yang menyangka bahwa surat cinta monyet yang pernah dia buat untuk saya pada saat kami sama-sama menginjakkan kaki di bangku sekolah menengah pertama (SMP) itu akan mengantarkan kami pada sebuah ikatan yang sakral, pernikahan.

Banyak yang tidak menyangka bahwa kami berdua menikah. Tentu, jangankan orang lain, sayapun sama tidak menyangka. Tidak pernah terpikir sedikitpun bahwa saya akan menjalani hubungan serius dengan lelaki ini. Lelaki yang selama 10 tahun saya kenal sebagai teman, sebagai sahabat. (Gimana gak bisa sahabatan, orang dari SMP sampe STM aja sekelas. bahkan waktu TK pun kita barengan cuman beda kelas aja  hehe)

Pernikahan adalah impian setiap perempuan. Dipersuting lelaki idaman adalah harapan. Begitu juga dengan saya. Saya yang selalu ngiler tiap kali mendapatkan wedding invitation dari teman, dan berfikir "giliran gue kapan yak". Sempat menjalani hubungan dengan seseorang menyebabkan saya memutuskan untuk menutup diri dari "pacaran". Trauma? enggak juga sih, tapi lebih kepada menyadari bahwa ternyata hal semacam itu tidak berdampak baik untuk saya. Hingga akhirnya kalimat inipun muncul "Allah, aku gak mau pacaran lagi, kalau ada cowok yang suka sama aku suruh aja datengin Bapak". Itulah kalimat yang selalu saya ucapkan selepas shalat.

Hingga pada akhirnya disuatu malam, Allah menjawab doa saya.  Melalui pesan singkat blackberry messanger, lelaki itu menyatakan maksudnya terhadap saya. pesan singkat yang saya tanggapi hanya dengan senyum ketawa-ketiwi dengan nada bercanda. Pesan singkat yang ternyata mengantarkan hati saya pada keyakinan bahwa dia adalah lelaki yang dipilih oleh Allah untuk melengkapi saya.
Yap, lelaki itu adalah Muhamad Reza Fahru Nazar. Lelaki yang sdah saya kenal semenjak kami sama-sama menduduki bangku SMP. Yang ternyata kemudian masih dipertemukan lagi ketika menduduki bangku STM. 3 tahun di SMP, dan  4 tahun di STM, membuat saya mengenali sosoknya sebagai lelaki yang begitu baik. Selama itu pula kami bahkan saling bercerita tentang orang-orang yang kami kagumi masing-masing. Tapi ternyata rencana Allah itu lain, kamilah yang ternyata dipersatukan untuk saling mengisi cerita di kemudian hari.

Sungguh, tak ada kalimat "mau jadi pacaar aku", atau "aku suka sama kamu", yang ada hanyalah "aku memilihmu untuk menjadi istri, untuk menjadi ibu dari anak-anakku kelak". You can imagine? ketika seorang wanita mendapatkan kalimat seperti itu dari seorang lelaki, mungkinkah hanya bercanda? Ketika itu pula saya memintanya untuk bertemu dengan kedua orangtua saya, dan dia menyanggupi. Allah, jodoh itu begitu dekat ternyata :)

Tidak lama dari pesan singkat itu, dia akhirnya menemui orangtua saya dan menyampaikan maksudnya. Tanggapan orangtua sayapun baik, menyerahkan semua kepada saya. (waktu itu masih gak nyangka ada yang ngajakin nikah).
Agustus 2014, dia datang bersama keluarganya untuk melamar saya. Lalu kemudian ditentukanlah waktu akad nikah pada bulan Januari.
Semuanya berjalan dengan lancar, begitu alami, dan diberikan kemudahan. Sampai pada waktunya tanggal 11 Januari 2015 kalimat itu terdengar dengan jelas,
"saya terima nikahnya dan kawinnya Diyana Rizma Rumanggit binti Gegen Rahardjo dengan maskawin tersebut tunai", alhamdulillah saya telah sah menjadi seorang istri.

Benar, tidak ada sesuatu yang lebih indah daripada dua orang yang saling mencintai selain pernikahan. Semua terasa berbeda. Hari itu, kami dipersatukan menjadi suami istri. Hari itu, saya terlepas dari tanggungan orang tua saya. Mulai hari itu, saya benar-benar merasa menjadi wanita yang berbahagia. Alhamdulillah, Alah terima kasih, maka NikmatMu yang manakah yang akan aku dustakan?

Terhitung mulai dari hari itu, kami sama-sama belajar. Belajar menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Belajar untuk saling menerima kekurangan dan kelebihan masing-masing. Belajar untuk selalu memperbaiki diri. Tidak ada yang tidak membahagiakan ketika kita memasrahkan dan mempercayakan semuanya kepada Allah.



dear beloved husband.. .
Hai a, aa pasti baca tulisan ini (soalnya pasti aku upload di sosmed hehe). Aku gak tau harus mulai dari mana, tapi yang pasti aku mau bilang makasih banyak ke aa. Makasih untuk semua yang udah aa lakuin buat aku, buat keluarga aku, buat nunjukin ke Ibu dan Bapak kalau aa bener-bener serius mau jagain aku. Makasih untuk semua perhatian, pengertian, dan kasih sayang yang sampe saat ini aku gak pernah ngerasa kurang. Makasih udah jadi sosok yang selalu mengagumkan setiap harinya. Menjadi sosok yang ketika aku lagi bareng-bareng sama aa gak mau berakhir. Maaf kalau belum bisa jadi istri yang diharepin, tapi aku bakalan selalu berusaha buat jadi istri yang baik, buat jadi ISIS kayak yang aa mau, (istri solehah idaman suami). Banyak hal yang aku dapet dari aa, banyak hal yang bisa aku pelajarin setiap harinya. Jangan bosen buat selalu ngingetin aku dalam kebaikan, jangan bosen bimbing dan nasehatin aku ketika aku ngeyel. Makasih banyak udah mau nerima kekurangan sama kelebihan aku. Kita sama-sama belajar buat jadi pribadi yang lebih baik kedepannya, jadi pribadi yang makin hari makin deket sama Allah. Mudah-mudahan kita cepet dikasih dede ya a hehe aamiin. Semoga Allah selalu kasih rahmatnya buat pernikahan kita, semoga kita bisa jadi keluarga sakinah mawadah warahmah, dilimpahin rezeki yang cukup, yang berkah, dan selalu dikelilingi kebahagiaan aamiin.

your beloved wife,
bibilung :*
and now our story begin