Blogroll

Sabtu, 14 Juni 2014

Panorama Cantik di Kegelapan

Hae Blogger, i have something new experience to share. Actually, i'm not a backpacker or traveler anymore, hanya memanfaatkan kesempatan, waktu dan uang seadanya untuk sekedar ngikutin kemana kaki ini pengen pergi.ahahha

Ini postingan udah ngangkut di draft selama setahun, persis bulan Juni tahun kemarin. Kalo kemaren-kemaren saya sharing tentang panasnya di pesisir pantai atau dinginnya di puncak gunung, kali ini saya mau cerita tentang menelusuri panorama keindahan didalam kegelapan, tsssaaahhhhh gile bahasanya..

Kali ini saya punya pengalaman baru, caving. Yak, kalian mungkin pernah denger tentang caving atau susur goa ini. Kegiatan outdoor menyusuri goa dengan medan vertikal dan horizontal. Berawal dari seorang teman yang cerita soal pengalaman dia caving. Akhirnya saya penasaran dan banyak bertanya. Mengenai lokasi tempatnya, biayanya, dan lain sebagainya. Saya dan para rumputpun kemudian berencana untuk melakukan caving ini.

Sekitar awal bulan Juni 2013 kami akhirnya bisa melakukan penyusuran. Berlokasi di Sukabumi, goa ini dinamakan Goa Buniayu. Saya penasaran kenapa namanya harus Buniayu, sang guide menjelaskan ternyata Buniayu itu berasal dari bahasa jawa dan sunda, Buni (bahasa sunda) yang dalam bahasa Indonesia berarti tersembunyi, sementara Ayu (bahasa jawa) yang dalam bahasa Indonesia berarti cantik. Jadi Buniayu berarti kecantikan yang tersembunyi. Tentu, karena kecantikan ini letaknya tidak terbuka, namun tersembunyi didalam bumi ini.

Oia, untuk melakukan kegiatan caving ini kita harus booking dulu. Karena quota tiap harinya terbatas, disesuaikan dengan jumlah guide yang ada. Pada saat itu saya mendapat kenalan dari teman, namanya Bang Bobi. Beliau akan menemani kami selama disana.

Rabu malam Saya, Abang, Nur dan Ghilman janjian di Terminal Kp. Rambutan, sementara Cumi menunggu di Ciawi. Kenapa Rabu malam, karena besok hari Kamis adalah tanggal merah dan long weekend (long weekend tidak berlaku untuk saya). Sekitar pukul 11 malam kami baru berkumpul, dan ternyata bis menuju Ciawi sudah tidak ada akhirnya dengan berat hati kami menggunakan taxi (gaya bangetlah ). Jalanan cukup lancar, mungkin karena malam sudah larut. Sampai di Ciawi sekitar pukul 12, bertemu dengan Cumi dan memutuskan untuk sekedar mengganjal perut diwarung kopi. Dari Ciawi kami baru menuju terminal Sukabumi, bertemu dengan Bang Bobi.

Sekitar pukul 1 dinihari kami sampai di terminal Sukabumi. Disana sudah ada teman Abang yang akan mengantar kami ke lokasi caving. Jaraknya cukup jauh dan sepi, juga ternyata sangat gelap. Namun siapa sangka setelah kami melewati medan gelap tersebut terdapat pemukiman didalamnya. Sekitar pukul setengah 3 kami sampai. Gelap. Sepi. Lalu bang Bobi mengajak kami ke rumah Kang Inoy, katanya kita menginap disana. Kang Inoy sangat baik, beliau mempersilakan kami untuk beristirahat disana menunggu pagi.

Rencananya nanti pagi kami akan mulai melakukan penyusuran. Malam itu dingin sekali, Saya dan Nur tidur dikasur didalam kamar sementara yang lain tidur ditengah rumah. Menjelang subuh terdengar suara hujan membangunkan, kami shalat subuh lalu kemudian membiarkan tubuh ini tertidur kembali. Diluar sana masih hujan, Kang Inoy bilang berbahaya kalau memaksakan untuk tetap melakukan penyusuran. Air sungai bisa tiba-tiba meluap dan masuk kedalam goa tanpa sepengetahuan. Saya sedikit manyun, karena saya hanya punya waktu satu hari itu saja, besok saya harus bekerja kembali mencari sebongkah berlian (ngok). Pagi itu kami memutuskan untuk sarapan dahulu, istri Kang Inoy sudah membuatkan nasi goreng yang super duper enak, membuat yang lain nambah (plis ini sarapan gais, secukupnya aja).

welcome to buniayu cave

pemandangan sekitar basecamp

pemandangan sekitar basecamp

Menjelang pukul 9 pagi masih gerimis. Kang Inoy tidak mau ambil resiko, tetapi beliau mungkin kasihan melihat saya yang sudah merengek (ala-ala perempuan). Akhirnya kami dibawa ke basecamp. Disana terdapat penginapan dari bamboo, sengaja dibuat untuk para tamu yang datang jauh (bayar tapi gak geratis). Pukul 11 hujan mulai mereda. Saya tersenyum sambil melirik Kang Inoy. “besok lagi ajalah neng” ucap Kang inoy sembari mengedipkan mata kepada teman-teman saya, merekapun meng-iyakan. Sementara saya menggerutu dan langsung cemberut. “yaudah atuh sok masuk kesana pilih baju sama sepatu yang pas” kata Kang Inoy. Sayapun tersenyum, akhirnya bisa caving hari ini juga Alhamdulillah.
penginapan saung bambu

warning!!!


depan basecamp


Warepack, sepatu boot, helm, dan headlamp sudah kami kenakan. Berbekal daypack berisi makanan dan minuman yang dibawa oleh Abang. Handphone sudah saya masukan plastic untuk dokumentasi. Oke let’s go, kami siap untuk menyusuri goa.

lebih mirip petugas kebersihan kayaknya ya?

ready to caving

Dari basecamp kami berjalan sekitar 15 menit menuju pintu masuk. Disana sudah ada para guide dan rombongan yang lainnya. Untuk masuk kedalam goa kami harus melakukan rappelling vertical (teknik menuruni tebing). Setelah memakai sit harness (safety yang dipakai membentuk celana dalam, menggunakan carrabinner untuk menahan beban), satu persatu dari kami mulai memasuki mulut goa. Kurang lebih kedalamannya 15m, cukup membuat jantung dugdugser ketika tubuh ini mulai terhempas kebawah. Dan ketika giliran saya sampai di dalam goa, wow saya tercengang. Subhanallah, indah sekali. Batuan stalagtit dan stalagmite nampak terlihat jelas. Bang Bobi bilang selama penyusuran goa ini kami akan melewati 3 medan, yaitu medan basah, medan kering, dan medan berlumpur.

pintu masuk goa

pemasangan safety

pemasangan safety

mau turun nih cyyynnnnn

Medan yang pertama adalah medan basah. Berupa aliran sungai dengan arus yang cukup deras sehingga membuat kami harus lebih hati-hati dalam melangkah.  15 menit berjalan di air cukup membuat tubuh menggigil. Canda dan tawa meriuh rendah selama perjalanan. Sekitar setelah 30 menit berjalan sang guide (saya lupa namanya, kita panggil saja dia akang) meminta kami untuk beristirahat dahulu. “istirahat dulu aja ya, sok silahkan dimakan perbekalannya” ucapnya kepada kami. Kamipun membuka bekal yang kami bawa. Roti, ciki, minuman kami makan bersama. Lalu si akang berkata lagi “udah makannya? Sini ngumpul disini”, kamipun mengikutinya. “sok duduk dulu, terus matiin headlampnya” kami mengikuti instruksinya. Gelap. Hening. Hanya percikan suara air dari atas batu yang terdengar. “ini kegelapan abadi, sekarang kalian silakan renungkan, kalau saja penglihatan kalian menjadi gelap seperti ini apa yang kalian rasakan” ucap si akang. Saya pun terhanyut dalam sebuah renungan. Disini gelap. Sungguh saya tidak bisa melihat apa-apa. Saya mencoba membayangkan bagaimana rasanya jika setiap hari yang saya rasakan hanya gelap seperti ini, tidak bisa melihat sekitar, pemandangan, juga tidak bisa melihat kamuuuu, iya kamu (apasih ini mah intermezzo). Allah, terima kasih untuk mata ini. terima kasih untuk penglihatan ini. Saya bisa menikmati keindahan  yang engkau ciptakan.

jempol dulu boleehhh


cemal cemil istirahat

tetesan air
stalagmit

stalagtit

yang cantik di tempat cantik ahahahha


Kami melanjutkan perjalanan. Sekarang medannya kering. Kami banyak dijahili oleh si akang. Seru, menyenangkan, dan kami cukup puas untuk mengeluarkan tawa. Medan terakhir memasuki kawasan berlumpur. Kami cukup kesulitan untuk berjalan, karena sepatu boot kami mendelep saat menginjak. Candaan-candaanpun mulai terlontar. Kejahilan-kejahilan si akang dimulai ketika dia melemparkan lumpur ke helm kami. Bang bobi juga tidak kalah jahil, dia menaruh tumpukan lumpur diatas helm saya sehingga kepala saya keberatan dan akhirnya jengkang ke belakang. Saya rasa grup kami inilah yang paling heboh sepanjang perjalanan. Mendekati pintu keluar trek cukup sulit. Terbuat tangga dari kayu dan tambang, kami harus menaiki tangga tersebut. Namun yang menjadi sulit adalah dikarenakan medannya lumpur sehingga membuat tangga itu menjadi sangat licin.
selfie dimamana

bang bobi dan si akang

let's cave and peace maannnnnnn

trek yang rada ekstreem

trek di air, arusnya cukup deras

trek lumpur

trek lumpur


Cahaya sudah terlihat didepan sana, pintu keluar sudah mulai nampak. Untuk keluar kami tinggal menaiki anak tangga. Alhamdulillah penyusuran akhirnya selesai juga. Sekitar 3 jam kami susur goa, sekarang waktunya bersih-bersih dari kotoran lumpur yang menempel dibadan. Kami pun menuju air terjun bibijilan, sekitar 3km dari lokasi goa. Sampai disana kami membersihkan diri, segar rasanya. Lalu kemudian kami beranjak ke basecamp untuk menaruh sepatu, warepack dan helm. Terdapat kamar mandi di sekitar basecamp akhirnya kami untuk memutuskan mandi dahulu lalu kemudian kembali ke rumah Kang Inoy. Disana sudah disediakan makan, kamipun segera menyantapnya. Selepas maghrib kami pamit kepada Kang Inoy dan keluarga. Berat rasanya meninggalkan kehangatan keluarga disini. Tapi besok saya harus kembali bekerja. Kang Inoy berpesan agar dilain waktu dan kesempatan kami bisa mengunjungi mereka lagi disana, juga membawa teman-teman yang lain untuk melakukan penyusuran goa.
akhirnya si cantik keluar goa

masih tetep eksis

after caving

bebersih di curug bibijilan

well done


Terima kasih kepada Kang Inoy dan istri, terima kasih kepada akang guide, terima kasih untuk Bang bobi, terima kasih untuk rumputliarku, juga tidak lupa terima kasih kepada Allah SWT untuk selalu memberikan saya kesempatan menikmati alam ciptaanNya.
Kapan kita kemana lagi?

Estimasi biaya:
Term kp. Rambutan- Ciawi= Rp. 10.000/org
Ciawi- term. Sukabumi = Rp. 10.000/org
Term. Sukabumi-lokasi caving= Rp. 250.000 (carter angkot)
Caving+makan= Rp. 200.000/org
Cp:
Kang Inoy 085724469801
Bang Bobi 085781062131
*note
Untuk biaya caving, makan dan carter angkot bisa didiskusikan dulu dengan Kang Inoy ketika booking

Tidak ada komentar:

Posting Komentar