Hae Blogger, i have something new experience to share. Actually, i'm not a
backpacker or traveler anymore, hanya memanfaatkan kesempatan, waktu dan uang
seadanya untuk sekedar ngikutin kemana kaki ini pengen pergi.ahahha
Ini postingan udah ngangkut di draft selama setahun, persis bulan Juni tahun
kemarin. Kalo kemaren-kemaren saya sharing tentang panasnya di pesisir pantai
atau dinginnya di puncak gunung, kali ini saya mau cerita tentang menelusuri
panorama keindahan didalam kegelapan, tsssaaahhhhh gile bahasanya..
Kali ini saya punya pengalaman baru, caving. Yak, kalian mungkin pernah
denger tentang caving atau susur goa ini. Kegiatan outdoor menyusuri goa dengan
medan vertikal dan horizontal. Berawal dari seorang teman yang cerita soal
pengalaman dia caving. Akhirnya saya penasaran dan banyak bertanya. Mengenai
lokasi tempatnya, biayanya, dan lain sebagainya. Saya dan para rumputpun
kemudian berencana untuk melakukan caving ini.
Sekitar awal bulan Juni 2013 kami akhirnya bisa melakukan penyusuran. Berlokasi
di Sukabumi, goa ini dinamakan Goa Buniayu. Saya penasaran kenapa namanya harus
Buniayu, sang guide menjelaskan ternyata Buniayu itu berasal dari bahasa jawa
dan sunda, Buni (bahasa sunda) yang dalam bahasa Indonesia berarti tersembunyi,
sementara Ayu (bahasa jawa) yang dalam bahasa Indonesia berarti cantik. Jadi
Buniayu berarti kecantikan yang tersembunyi. Tentu, karena kecantikan ini
letaknya tidak terbuka, namun tersembunyi didalam bumi ini.
Oia, untuk melakukan kegiatan caving ini kita harus booking dulu. Karena
quota tiap harinya terbatas, disesuaikan dengan jumlah guide yang ada. Pada
saat itu saya mendapat kenalan dari teman, namanya Bang Bobi. Beliau akan
menemani kami selama disana.
Rabu malam Saya, Abang, Nur dan Ghilman janjian di Terminal Kp. Rambutan,
sementara Cumi menunggu di Ciawi. Kenapa Rabu malam, karena besok hari Kamis
adalah tanggal merah dan long weekend (long weekend tidak berlaku untuk saya). Sekitar
pukul 11 malam kami baru berkumpul, dan ternyata bis menuju Ciawi sudah tidak
ada akhirnya dengan berat hati kami menggunakan taxi (gaya bangetlah ). Jalanan
cukup lancar, mungkin karena malam sudah larut. Sampai di Ciawi sekitar pukul
12, bertemu dengan Cumi dan memutuskan untuk sekedar mengganjal perut diwarung
kopi. Dari Ciawi kami baru menuju terminal Sukabumi, bertemu dengan Bang Bobi.
Sekitar pukul 1 dinihari kami sampai di terminal Sukabumi. Disana sudah ada
teman Abang yang akan mengantar kami ke lokasi caving. Jaraknya cukup jauh dan
sepi, juga ternyata sangat gelap. Namun siapa sangka setelah kami melewati
medan gelap tersebut terdapat pemukiman didalamnya. Sekitar pukul setengah 3
kami sampai. Gelap. Sepi. Lalu bang Bobi mengajak kami ke rumah Kang Inoy,
katanya kita menginap disana. Kang Inoy sangat baik, beliau mempersilakan kami
untuk beristirahat disana menunggu pagi.
Rencananya nanti pagi kami akan mulai
melakukan penyusuran. Malam itu dingin sekali, Saya dan Nur tidur dikasur didalam
kamar sementara yang lain tidur ditengah rumah. Menjelang subuh terdengar suara
hujan membangunkan, kami shalat subuh lalu kemudian membiarkan tubuh ini
tertidur kembali. Diluar sana masih hujan, Kang Inoy bilang berbahaya kalau
memaksakan untuk tetap melakukan penyusuran. Air sungai bisa tiba-tiba meluap
dan masuk kedalam goa tanpa sepengetahuan. Saya sedikit manyun, karena saya
hanya punya waktu satu hari itu saja, besok saya harus bekerja kembali mencari
sebongkah berlian (ngok). Pagi itu kami memutuskan untuk sarapan dahulu, istri
Kang Inoy sudah membuatkan nasi goreng yang super duper enak, membuat yang lain
nambah (plis ini sarapan gais, secukupnya aja).
 |
welcome to buniayu cave |
 |
pemandangan sekitar basecamp |
 |
pemandangan sekitar basecamp |
Menjelang pukul 9 pagi masih gerimis. Kang Inoy tidak mau ambil resiko,
tetapi beliau mungkin kasihan melihat saya yang sudah merengek (ala-ala
perempuan). Akhirnya kami dibawa ke basecamp. Disana terdapat penginapan dari
bamboo, sengaja dibuat untuk para tamu yang datang jauh (bayar tapi gak
geratis). Pukul 11 hujan mulai mereda. Saya tersenyum sambil melirik Kang Inoy.
“besok lagi ajalah neng” ucap Kang inoy sembari mengedipkan mata kepada
teman-teman saya, merekapun meng-iyakan. Sementara saya menggerutu dan langsung
cemberut. “yaudah atuh sok masuk kesana pilih baju sama sepatu yang pas” kata
Kang Inoy. Sayapun tersenyum, akhirnya bisa caving hari ini juga Alhamdulillah.
 |
penginapan saung bambu |
 |
warning!!! |
 |
depan basecamp |
Warepack, sepatu boot, helm, dan headlamp sudah kami kenakan. Berbekal
daypack berisi makanan dan minuman yang dibawa oleh Abang. Handphone sudah saya
masukan plastic untuk dokumentasi. Oke let’s go, kami siap untuk menyusuri goa.
 |
lebih mirip petugas kebersihan kayaknya ya? |
 |
ready to caving |
Dari basecamp kami berjalan sekitar 15 menit menuju pintu masuk. Disana
sudah ada para guide dan rombongan yang lainnya. Untuk masuk kedalam goa kami
harus melakukan rappelling vertical (teknik menuruni tebing). Setelah memakai
sit harness (safety yang dipakai membentuk celana dalam, menggunakan
carrabinner untuk menahan beban), satu persatu dari kami mulai memasuki mulut
goa. Kurang lebih kedalamannya 15m, cukup membuat jantung dugdugser ketika
tubuh ini mulai terhempas kebawah. Dan ketika giliran saya sampai di dalam goa,
wow saya tercengang. Subhanallah, indah sekali. Batuan stalagtit dan stalagmite
nampak terlihat jelas. Bang Bobi bilang selama penyusuran goa ini kami akan
melewati 3 medan, yaitu medan basah, medan kering, dan medan berlumpur.
 |
pintu masuk goa |
 |
pemasangan safety |
 |
pemasangan safety |
 |
mau turun nih cyyynnnnn |
Medan yang pertama adalah medan basah. Berupa aliran sungai dengan arus yang
cukup deras sehingga membuat kami harus lebih hati-hati dalam melangkah.
15 menit berjalan di air cukup membuat tubuh
menggigil. Canda dan tawa meriuh rendah selama perjalanan. Sekitar setelah 30
menit berjalan sang guide (saya lupa namanya, kita panggil saja dia akang)
meminta kami untuk beristirahat dahulu. “istirahat dulu aja ya, sok silahkan
dimakan perbekalannya” ucapnya kepada kami. Kamipun membuka bekal yang kami
bawa. Roti, ciki, minuman kami makan bersama. Lalu si akang berkata lagi “udah
makannya? Sini ngumpul disini”, kamipun mengikutinya. “sok duduk dulu, terus
matiin headlampnya” kami mengikuti instruksinya. Gelap. Hening. Hanya percikan
suara air dari atas batu yang terdengar. “ini kegelapan abadi, sekarang kalian
silakan renungkan, kalau saja penglihatan kalian menjadi gelap seperti ini apa
yang kalian rasakan” ucap si akang. Saya pun terhanyut dalam sebuah renungan.
Disini gelap. Sungguh saya tidak bisa melihat apa-apa. Saya mencoba
membayangkan bagaimana rasanya jika setiap hari yang saya rasakan hanya gelap
seperti ini, tidak bisa melihat sekitar, pemandangan, juga tidak bisa melihat
kamuuuu, iya kamu (apasih ini mah intermezzo). Allah, terima kasih untuk mata
ini. terima kasih untuk penglihatan ini. Saya bisa menikmati keindahan
yang engkau ciptakan.
 |
jempol dulu boleehhh |
 |
cemal cemil istirahat |
 |
tetesan air |
 |
stalagmit |
 |
stalagtit |
 |
yang cantik di tempat cantik ahahahha |
Kami melanjutkan perjalanan. Sekarang medannya kering. Kami banyak dijahili
oleh si akang. Seru, menyenangkan, dan kami cukup puas untuk mengeluarkan tawa.
Medan terakhir memasuki kawasan berlumpur. Kami cukup kesulitan untuk berjalan,
karena sepatu boot kami mendelep saat menginjak. Candaan-candaanpun mulai terlontar.
Kejahilan-kejahilan si akang dimulai ketika dia melemparkan lumpur ke helm
kami. Bang bobi juga tidak kalah jahil, dia menaruh tumpukan lumpur diatas helm
saya sehingga kepala saya keberatan dan akhirnya jengkang ke belakang. Saya
rasa grup kami inilah yang paling heboh sepanjang perjalanan. Mendekati pintu
keluar trek cukup sulit. Terbuat tangga dari kayu dan tambang, kami harus
menaiki tangga tersebut. Namun yang menjadi sulit adalah dikarenakan medannya
lumpur sehingga membuat tangga itu menjadi sangat licin.
 |
selfie dimamana |
 |
bang bobi dan si akang |
 |
let's cave and peace maannnnnnn |
 |
trek yang rada ekstreem |
 |
trek di air, arusnya cukup deras |
 |
trek lumpur |
 |
trek lumpur |
Cahaya sudah terlihat didepan sana, pintu keluar sudah mulai nampak. Untuk
keluar kami tinggal menaiki anak tangga. Alhamdulillah penyusuran akhirnya
selesai juga. Sekitar 3 jam kami susur goa, sekarang waktunya bersih-bersih
dari kotoran lumpur yang menempel dibadan. Kami pun menuju air terjun
bibijilan, sekitar 3km dari lokasi goa. Sampai disana kami membersihkan diri,
segar rasanya. Lalu kemudian kami beranjak ke basecamp untuk menaruh sepatu,
warepack dan helm. Terdapat kamar mandi di sekitar basecamp akhirnya kami untuk
memutuskan mandi dahulu lalu kemudian kembali ke rumah Kang Inoy. Disana sudah
disediakan makan, kamipun segera menyantapnya. Selepas maghrib kami pamit
kepada Kang Inoy dan keluarga. Berat rasanya meninggalkan kehangatan keluarga
disini. Tapi besok saya harus kembali bekerja. Kang Inoy berpesan agar dilain
waktu dan kesempatan kami bisa mengunjungi mereka lagi disana, juga membawa
teman-teman yang lain untuk melakukan penyusuran goa.
 |
akhirnya si cantik keluar goa |
 |
masih tetep eksis |
 |
after caving |
 |
bebersih di curug bibijilan |
 |
well done |
Terima kasih kepada Kang Inoy dan istri, terima kasih kepada akang guide,
terima kasih untuk Bang bobi, terima kasih untuk rumputliarku, juga tidak lupa
terima kasih kepada Allah SWT untuk selalu memberikan saya kesempatan menikmati
alam ciptaanNya.
Kapan kita kemana lagi?
Estimasi biaya:
Term kp. Rambutan- Ciawi= Rp. 10.000/org
Ciawi- term. Sukabumi = Rp. 10.000/org
Term. Sukabumi-lokasi caving= Rp. 250.000 (carter angkot)
Caving+makan= Rp. 200.000/org
Cp:
Kang Inoy 085724469801
Bang Bobi 085781062131
*note
Untuk biaya caving, makan dan carter angkot bisa didiskusikan dulu dengan Kang
Inoy ketika booking
Tidak ada komentar:
Posting Komentar